Close

Not a member yet? Register now and get started.

lock and key

Sign in to your account.

Account Login

Forgot your password?

HIDUP DALAM PANGGILAN ALLAH 1 Kor 7:17-24

22 Apr Posted by in Uncategorized | Comments

Dewasa ini umat Kristiani sering mengalami kebingungan dalam menghadapi berbagai pengajaran ataupun doktrin yang muncul. Saya sendiri melihat munculnya berbagai doktrin yang menekankan pada satu pengajaran, bukan hanya menimbulkan keresahan tetapi juga ada yang menyebabkan keraguan akan keselamatan yang telah dia terima sebelumnya. Salah satu contoh pengajaran doktrin yang menekankan tentang bahasa roh, yang mengatakan bahwa jika seseorang tidak bisa berbahasa roh berarti dia belum menerima Roh Kudus, dan hal ini sering dikaitkan dengan keselamatan. Memang dewasa ini pengajaran yang menekankan bahwa bahasa roh sebagai indikasi mutlak bagi orang yang telah menerima Roh Kudus sudah mereda, namun sekitar 10 tahun yang lalu pengajaran ini sangat gencar, yang menyebabkan sebagian umat Kristiani mempertanyakan keselamatan yang telah diterimanya.
Pengajaran-pengajaran yang mirip dengan hal ini pernah muncul dalam jemaat di Korintus. Kita akan membahas berbagai hal mengenai pengajaran ini dalam bab-bab berikutnya, namun dalam bab ini kita akan membahas beberapa hal yang saat ini tidakbegitu dipermasalahkan umat Kristiani, tetapi perlu kita pahami. Mari kita perhatikan 1 Kor 7:17-24 yang berkata, “Selanjutnya hendaklah tiap-tiap orang tetap hidup seperti yang telah ditentukan Tuhan baginya dan dalam keadaan seperti waktu ia dipanggil Allah. Inilah ketetapan yang kuberikan kepada semua jemaat. Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. Baiklah tiap-tiap orang tinggal dalam keadaan, seperti waktu ia dipanggil Allah. Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu. Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya. Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia. Saudara-saudara, hendaklah tiap-tiap orang tinggal dihadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil.”
Kalau kita memperhatikan ayat 17-19, kita yakin bahwa hal ini dibahas oleh Paulus di dalam suratnya, karena ada dua pandangan yang saling kontradiksi di antara umat kristiani mengenai sunat. Saya yakin bahwa doktrin mengenai sunat telah diperbincangkan pada waktu itu, dan hal tersebut menimbulkan kebingungan dan keresahan bagi umat kristiani yang ada di Korintus.
Pada waktu itu ada pandangan di kalangan orang Kristen Yahudi bahwa untuk menjadi seorang Kristen, mereka harus disunat. Jika ada orang yang mengaku Kristen namun tidak disunat, maka kekristenannya diragukan. Jika ada orang yang mengaku Kristen tetapi belum disunat, maka dia belum sepenuhnya menjadi Kristen. Pandangan tersebut menganggap bahwa sunat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kekristenan. Sunat merupakan tanda bahwa seseorang telah menjadi Kristen.
Akibat dari pandangan ini, ada sebagian orang yang telah menjadi pengikut Kristus menjadi ragu akan kekristenannya. Mereka mulai bimbang dan mulai mempertanyakan apakah mereka benar-benar Kristen atau Kristen kelas bawah. Lebih lanjut mereka mulai mempertanyakan, apakah mereka menerima keselamatan sekalipun tidak disunat, karena doktrin yang menghubungkan antara sunat dengan kekristenan. Iman mereka mulai goyah mengenai keselamatan, karena doktrin yang mengajarkan bahwa jika tidak disunat maka keselamatan yang diterima tidak sempurna. Mereka mengembangkan pengajarannya dengan mengatakan bahwa keselamatan baru benar-benar sempurna diterima jika sudah disunat.
Tentu saja ada yang menentang doktrin tersebut. Mereka mengatakan bahwa sunat tidak berhubungan dengan keselamatan. Dalam konteks ini orang yang menganut doktrin tersebut sehat. Namun mereka juga menjadi pengajar yang tidak sehat, jika mereka mengatakan bahwa orang yang bersunat menunjukkan bahwa iman mereka lemah, atau mereka tidak yakin bahwa darah Yesus sudah cukup untuk menyelamatkan mereka. Pengajaran ini menjadi semakin tidak sehat ketika mereka mengajarkan bahwa orang yang bersunat telah meragukan kuasa darah Yesus, yang dengan demikian mereka tidak layak menerima anugerah keselamatan.
Akibat dari pengajaran inipun, banyak orang Kristen yang bersunat menjadi ragu akan keselamatannya. Mereka mulai resah dan merasa bersalah, karena mereka disunat. Mereka menganggap bahwa hal ini membuat mereka menjadi tidak layak untuk menerima anugerah pengampunan darah Kristus. Jadi kita melihat dalam situasi ini, kedua belah pihak saling menyerang dan saling menjatuhkan, padahal mereka menyembah Allah yang sama. Mereka saling menjatuhkan padahal mereka diselamatkan oleh Kristus yang sama.
Itulah sebabnya Paulus dalam ayat 19 mengatakan bahwa bersunat atau tidak bersunat tidak penting, dalam konteks keselamatan dan dalam hubungannya dengan iman. Dalam ayat sebelumnya, yaitu ayat 18 Paulus mengatakan bahwa jika orang telah bersunat sebelum atau sesudah menerima Yesus, mereka tidak perlu berusaha untuk meniadakan tanda-tanda sunat itu, karena hal itu tidak berhubungan dengan iman dan keselamatan. Bagi orang yang belum bersunat juga diajarkan supaya mereka tidak menyunatkan diri dalam konteks supaya lebih layak diselamatkan. Paulus mengajarkan bagi orang yang telah bersunat biarlah mereka tetap dalam keadaan itu, demikian juga bagi orang yang tidak bersunat mereka tetap dalam keadaan tidak bersunat, karena mereka semua adalah orang-orang yang telah diselamatkan, dan tidak perlu menambahkan sesuatu supaya benar-benar diselamatkan.
Masih dalam ayat 19 Paulus mengatakan bahwa yang terpenting adalah mentaati hukum-hukum Allah. Hal ini berbicara tentang ketaatan dan hidup yang berubah sebagai buah keselamatan. Orang yang telah bertobat dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya, perlu menunjukkan buah pertobatan dengan hidup dalam kasih dan kekudusan.
Lebih lanjut dalam ayat 21 Paulus membahas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Paulus berkata, “Adakah engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa! Tetapi jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah kesempatan itu.” Dalam terjemahan NIV dikatakan, “Were you a slave when you were called? Don’t let it trouble you…” Jika Anda seorang budak ketika menerima keselamatan dari Kristus, janganlah resah hatimu. Janganlah gelisah hatimu. Namun jika engkau punya kesempatan untuk dibebaskan, gunakanlah kesempatan itu.
Dalam zamannya Paulus ada banyak orang yang hidup dalam perbudakan. Tidak sedikit orang yang hidup sebagai budak menerima Yesus Kristus. Mereka menjadi gelisah, karena sebagai seorang Kristen yang sering dikenal sebagai anak Raja, namun dalam kenyataannya mereka hidup sebagai budak yang tidak memiliki hak apa-apa. Paulus berkata, “Jangan gelisah hatimu, karena engkau merupakan orang yang bebas dalam Kristus.” Jadi mereka tidak perlu berkecil hati, namun tetap mempergunakan setiap peluang untuk dibebaskan, jika kesempatan itu datang.
Pada saat yang samaPaulus juga mengingatkan para tuan-tuan atau orang bebas, sekalipun mereka merupakan orang bebas, namun mereka tidak dapat bertindak sesukanya, karena mereka juga merupakan seorang hamba di dalam Tuhan. Paulus mengingatkan para tuan yang memiliki budak di dalam rumahnya atau di dalam perkebunannya supaya bertindak hati-hati, kerena mereka juga seorang hamba, yaitu hamba Tuhan. Artinya mereka harus mentaati Tuhan. Mereka harus bertindak dan berperilaku seperti yang dikehendaki Tuhan.
Kemudian Paulus dalam ayat 23 berkata, “Kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar. Karena itu janganlah kamu menjadi hamba manusia.” Paulus mengingatkan umat Kristiani, mengingatkan setiap orang Kristen bahwa kita telah ditebus oleh Kristus dan hutang dosa kita telah dibayar lunas, bukan cicilan atau kredit.” Jika hutang dosa kita telah lunas dibayar, maka kita jangan lagi mau menjadi hamba atau budak manusia.
Mungkin Anda bertanya, bukankah sebelumnya Paulus mengatakan bahwa jika seseorang dipanggil dalam keadaansebagai seorang hamba, maka dia dapat menerima keberadaannya sebagai seorang hamba? Hal itu benar, tetapi bukan sebagai status tetapi sebagai pekerjaan. Sekalipun dia seorang hamba namun tindakan dan pikirannya harus sebagai orang yang telah dibebaskan oleh Kristus. Tugasnya bisa tetap sebagai pelayan atau hamba, tetapi statusnya merupakan orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus. Karena itu cara berpikir dan cara bertindak, harus seperti cara yang dikehendaki oleh Kristus. Mereka harus lebih takut kepada Kristus daripada kepada majikannya. Mereka harus lebih takut kepada Tuhannya daripada kepada tuannya.

By : ” Buku Kehidupan Kristiani
dalam Dunia yang Rusak
(Christianity in Corrupt World)”

Back to the Bible Indonesia

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.