Close

Not a member yet? Register now and get started.

lock and key

Sign in to your account.

Account Login

Forgot your password?

PERPECAHAN GEREJA (1 Kor 1:10-17)

14 Mar Posted by in Uncategorized | Comments

Dalam pembahasan ini saya mengutip  pernyataan Warren Wiersbe yang mengatakan bahwa gereja saat ini menghadapi masalah yang besar, yaitu krisis integritas. Banyak orang yang mempertanyakan integritas gereja saat ini. Yang kita butuhkan saat ini bukan alat kosmetik yang memoles dan mempercantik gereja, tetapi sebuah alat bedah yang mengeluarkan penyakit dari dalam tubuh gereja.
Apa yang digambarkan oleh Warren Wiersbe ini sudah terjadi dalam zamannya Paulus. Sekalipun ada beberapa alasan mengapaPaulus menulis suratnya kepada jemaat yang ada di Korintus, namun satu alasan yang menonjol adalah karena timbulnya perpecahan dalam tubuh Kristus. Mari kita perhatikan 1 Kor 1:10-17 yang berkata, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga Kloe tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus? Aku mengucap syukur bahwa tidak ada seorangpun juga di antara kamu yang aku baptis selain Krispus dan Gayus, sehingga tidak ada orang yang dapat mengatakan, bahwa kamu dibaptis dalam namaku. Juga keluarga Stefanus aku yang membaptisnya. Kecuali mereka aku tidak tahu, entahkah ada lagi orang yang aku baptis. Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.”
Dalam ayat 10, Paulus memulai perkataannya dengan kalimat, “Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus,…” Kata “tetapi” menunjukkan adanya kontraversi antara pernyataan sebelumnya dengan kenyataan yang dihadapi Paulus saat itu. Kalau kita kembali memperhatikan ayat 4-7 Paulus mengucap syukur atas segala kasih karunia Allah untuk jemaat Korintus. Paulus mengatakan bahwa jemaat di Korintus telah menjadi kaya dalam segala hal. Kaya dalam segala macam perkataan dan kaya dalam hal pengetahuan. Bahkan dalam ayat 7 Paulus mengatakan bahwa jemaat di Korintus tidak kekurangan suatu karuniapun. Itu artinya bahwa jemaat di Korintus memiliki segala macam karunia rohani. Yang saya maksudkan adalah bukan satu orang yang memiliki segala karunia rohani itu, tetapi masing-masing anggota jemaat memiliki karunia rohani dan jika digabungkan maka segala karunia rohani yang dibutuhkan, ada di dalam jemaat Korintus. Untuk itu, Paulus bersyukur pada Allah. Tetapi…!
Sekalipun Paulus bersyukur pada Allah atas karunia yang dilimpahkan Allah bagi jemaat di Korintus, Paulus memberikan teguran yang keras bagi mereka. Bahkan teguran itu disampaikan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Teguran yang diberikan Paulus itu sangat penting, dan itulah sebabnya dia menyampaikan tegurannya demi nama Tuhan Yesus Kristus.
Sepanjang yang saya ingat, saya belum pernah memberikan teguran yang keras kepada seseorang demi nama Tuhan Yesus Kristus. Tetapi jika saya harus melakukan itu, hal itu berarti ada suatu hal yang luar biasa dan yang sangat penting. Saya pikir kita semua hampir tidak pernah melakukan hal semacam itu. Jika ada yang melakukan hal semacam itu, berarti ada masalah yang luar biasa yang sedang terjadi.Nasihat atau teguran apa yang Paulus sampaikan kepada Jemaat Korintus yang penuh dengan karunia rohani itu? Paulus mengatakan, “Jangan ada perpecahan di antara kamu.” Paulus mengatakan hal itu, karena telah terjadi perpecahan dalam tubuh Kristus di Korintus. Kalau kita memperhatikan ayat 11, Paulus mengatakan bahwa dia menerima informasi itu dari keluarga Kloe. Paulus menyadari bahwa ini merupakan masalah yang serius. Perpecahan gereja merupakan masalah yang sangat serius.
Apakah sebenarnya sumber perpecahan bagi jemaat di Korintus? Kalau kita memperhatikan ayat 12-13, sumber perpecahan itu bukanlah masalah doktrin, bukan masalah manajemen, bukan masalah keuangan. Sumber perpecahan itu adalah karena adanya pengkultusan terhadap orang-orang tertentu, termasuk pengkultusan terhadap Paulus. Sekalipun ada anggota jemaat yang mengkultuskan Paulus, dia tidak senang, karena hal itu bukan hanya merusak gereja Tuhan, tetapi hal itu juga mencuri kemuliaan Tuhan.
Saya percaya, tidak ada seorangpun hamba Tuhan, yangtakut akan Tuhan dan memiliki hati untuk mempermuliakan nama Tuhan, merasa senang jika dia dikultuskan. Orang yang punya hati untuk melayani Tuhan pasti tidak senang, jika dia dikultuskan oleh sekelompok orang tertentu, karena dia tahu bahwa itu merupakan kekejian bagi Tuhan.
Saya percaya baik Paulus, Apollos dan Kefas, tidak ada yang merasa senang ketika mereka dikultuskan. Kita mengenal Paulus. Kita mengenal Kefas yang adalah Petrus. Bagaimana dengan Apollos? Mungkin Anda mengajukan pertanyaan yang sama. Saya percaya Apollos juga tidak senang jika dia dikultuskan, dan kemungkinan besar itulah sebabnya Apollos segan untuk berkunjung kembali ke Korintus, sekalipun Paulus mendorongnya (1 Kor 16:12). Apollos ingin menjaga jarak dengan jemaat di Korintus, supaya mereka tidak mengkultuskan dia.
Anda sudah mengenal Paulus. Anda mengenal Simon Petrus yang disebut juga dengan Kefas. Tuhan Yesuslah yang menyebut Simon Petrus sebagai Kefas. Dalam Yohanes 1:42 Yesus berkata, “Engkau Simon anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas. Dan sesudah itu, nama Kefas untuk Simon Petrus hanya muncul tiga kali (1 Kor 1:12; 3:22 dan 9:5). Nama aslinya adalah Simon, dan Yesuslah yang menambahkan nama di belakangnya. Kefas dan Petrus memiliki arti yang sama. Kefas dalam bahasa Aram dan Petrus dalam bahasa Yunani.
Bagaimana dengan Apollos? Apollos adalah seorang Yahudi yang lahir di Aleksandria, yaitu di Mesir. Apollos sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci, dan mengajar dengan sangat teliti. Apollos juga orang yang bersemangat dan sangat fasih berbicara (KPR 18:24-25), bahkan banyak yang percaya bahwa Apollos merupakan pengkotbah yang terbaik dalam zaman Perjanjian Baru. Sekalipun Apollos pernah melayani di Efesus, namun dia lebih banyak melayani di wilayah Akhaya yang terkenal dengan kota Korintus. Apollos menjadi berkat yang luar biasa bagi jemaat di Korintus (KPR 18:27-28)
Setelah kita membahas secara sekilas mengenai ketiga orang tersebut, sekarang kita kembali kepada pokok permasalahannya, yaitu timbulnya perpecahan pada jemaatKorintus, dimana ada empat kelompok yang bertentangan. Kelompok yang satu mengatakan bahwa mereka dari golongan Paulus, yang lain mengatakan dari golongan Apollos, satu kelompok lagi mengatakan dari golongan Kefas, dan ada juga yang mengatakan dari golongan Kristus.
Dengan gemas Paulus bertanya, “Adakah Kristus terbagi-bagi?” Kristus tidak terbagi-bagi, karena semua umat percaya merupakan kesatuan tubuh Kristus. Yesus sendiri berdoa supaya semua murid-Nya menjadi satu, baik yang sudah percaya kepada-Nya, maupun orang yang akan percaya karena pemberitaan para murid. Kesatuan tubuh Kristus bukan hanya penting, tetapi merupakan cita-cita dari Yesus Kristus. Kita bisa mempelajari hal ini dari doa Tuhan Yesus untuk murid-muridnya dalam Yohanes 17.
Ini jugalah yang ditekankan Paulus, supaya tubuh Kristus itu menjadi satu. Perpecahan dan pertentangan merupakan tindakan atau usaha untuk mencabik-cabik dan mencerai-beraikan tubuh Kristus. Itulah sebabnya Paulus memberikan teguran yang sangat keras kepada jemaat Korintus.
Kalau kita memperhatikan ayat 13, seolah-olah perkataan Paulus ini ditujukan kepada jemaat yang mengkultuskan dia. Memang benar ada kesan demikian, tetapi teguran Paulus ini bagi semua jemaat di Korintus. Paulus memberikan teguran yang keras bagi jemaat yang mengkultuskan dia, dan itu menjadi teguran yang sama bagi setiap anggota jemaat yang mencoba mengkultuskan seseorang.
Dalam ayat 13 Paulus melanjutkan dua pertanyaan retorika, “Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” Jawabannya tidak ada. Kristuslah yang disalibkan karena dosa mereka, dan Kristus juga yang disalibkan karena dosa saudara dan saya. Jemaat di Korintus juga dibaptis bukan dalam nama Paulus, tetapi dalam nama Yesus Kristus. Kita semua dibaptis dalam nama Yesus Kristus. Jika kita memahami hal ini, maka kita tidak akan mau dipecah ataupun terpecah.
Sejauh yang saya ingat, tidak ada orang yang menanyakan kepada saya, apakah saya seorang Calvinis, atau Lutheran atau Armenian. Dan saya kira para pendahulu kita juga tidak begitu memperdulikan apakah mereka Calvinis atau Armenian atau Lutheran. Yang terpenting bagi mereka adalah bahwa mereka seorang Kristen. Itulah sebabnya saya cukup kaget ketika pertanyaan itu diajukan kepada saya ketika saya berada di Filipina. Ada kesan bahwa bagi mereka hal itu sangat penting. Ketika pertanyaan itu diajukan, saya balik bertanya, “Adakah Calvin yang menyelamatkan engkau? Adakah Luther yang membimbing engkau? Atau Armenian yang membawamu kepada Kristus? Merekapun kaget mendengar pertanyaan saya.
Saya kira sampai saat ini banyak orang Kristen yang tidak tahu dan tidak perduli apakah mereka pengikut Calvinis atau Armenian atau Lutheran. Yang mereka tahu adalah bahwa mereka seorang Kristen. Tetapi yang saya amati saat ini adalah adanya kesan menonjolkan satu denominasi, dan menganggap bahwa denominasinyalah yang paling baik. Saya mengatakan bahwa hal ini hanya akan membuat tubuh Kristus terbagi-bagi. Jika hal ini benar-benar terjadi pada umat Tuhan di Indonesia ini, maka teguran keras dari Paulus juga berlaku bagi kita.
Dalam ayat 14 Paulus bersyukur karena tidak ada dari Jemaat di Korintus yang dia baptis selain Krispus, Gayus dan keluarga Stefanus. Paulus mengatakan hal ini bukan karena baptisan itu tidak penting, tetapi supaya tidak ada yang mengklaim bahwa mereka adalah pengikut Paulus. Paulus tidak mau dikultuskan oleh siapapun.
Kemudian dalam ayat 17 Paulus menjelaskan satu hal yang lebih penting dari sekedar memperbanyak jumlah anggota gereja atau jumlah pengikut dengan berkata, “Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan menjadi sia-sia.” Tugas Paulus yang paling utama adalah memberitakan Injil, dan pemberitaan Injil itu dia lakukan bukan dengan hikmatnya sendiri. Pemberitaan Injil itu Paulus lakukan bukan dengan kemampuan atau kepintarannya sendiri, tetapi dengan hikmat Allah.
Paulus mengatakan bahwa dia melakukan pemberitaan Injil itu dengan hikmat Allah dan bukan dengan hikmat manusia, supaya orang-orang tidak bergantung padanya tetapi bergantung pada Tuhan. Paulus mengatakan hal itu supaya jemaat tidak bersandar pada Paulus tetapi bersandar pada Tuhan, supaya pemberitaan Injil itu tidak sia-sia. Jika pemberitaan Injil yang kita lakukan membuat orang bergantung pada kita, maka pemberitaan Injil itu menjadi sia-sia. Pemberitaan Injil kita lakukan, supaya setiap orang yang mendengar Injil, bergantung pada Tuhan.

By : ” Buku Kehidupan Kristiani
dalam Dunia yang Rusak
(Christianity in Corrupt World)”

Back to the Bible Indonesia

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.