Close

Not a member yet? Register now and get started.

lock and key

Sign in to your account.

Account Login

Forgot your password?

JANGAN MENIPU DIRI SENDIRI (1Kor 3:18-23)

25 Mar Posted by in Uncategorized | Comments

Akhir-akhir ini kita sering mendengar kasus penipuan terjadi dimana-mana. Sebenarnya kasus penipuan tersebut bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Misalnya ketika barang impor masuk ke Indonesia dengan dokumen palsu, ini kita katakan sebagai penipuan yang merugikan negara. Kasus lain misalnya transaksi bank dengan dokumen fiktif, inipunmerupakan kasus penipuan di zaman modern. Selain itu saya juga pernah mendengar berbagai penipuan dengan kedok undian berhadiah, dan saya sendiri pernah dicoba untuk ditipu, namun penipunya kurang pintar, sehingga mudah menganalisa modusnya. Dalam kasus-kasus seperti ini, kita sebut penipuan terhadap orang atau pihak lain. Yang dirugikan dalam kasus ini adalah pihak lain. Namun, apakah Anda pernah mendengar penipuan terhadap diri sendiri? Atau apakah Anda pernah menipu diri Anda sendiri?
Mungkin Anda dengan segera akan menjawab, “Tidak mungkin dong, ngapain saya menipu diri sendiri.” Sementara yang lain akan berkata, “Menipu diri sendiri merupakan tindakan yang sangat bodoh. Menipu orang lain saja sudah merupakan dosa apalagi menipu diri sendiri, itu dosanya double.” Itulah mungkin berbagai pendapat yang segera muncul ke permukaan, ketika saya bertanya, “Apakah Anda pernah menipu diri sendiri?”
Saya ingin mengatakan bahwa tidak sedikit orang yang mencoba menipu dirinya sendiri. Saya akan memberikan beberapa contoh. Jika ada seorang pelajar yang nyontek ketika ujian, supaya dia bisa lulus, ini merupakan penipuan terhadap diri sendiri. Mengapa? Sebenarnya dia bodoh, tetapi nilainya menunjukkan bahwa dia pintar, sehingga lulus. Sebenarnya otaknya kosong, tetapi dia lulus. Ini menipu diri sendiri, dan merugikan diri sendiri. Ketika dia lulus, dia tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang otaknya tidak diisi. Saya selalu mengatakan kepada istri saya, jika muridnya tidak layak untuk naik kelas atau tidak layak untuk lulus, jangan diluluskan, karena tindakan itu hanya akan menambah orang bodoh di Indonesia ini.
Salah satu contoh lain terhadap penipuan diri sendiri adalah berusaha mendapatkan gelar tanpa pernah kuliah. Kasus ini sudah sering terjadi, dan mungkin sudah banyak terjadi di Indonesia. Saya pernah mendengar ada lembaga yang menjual gelar. Mengapa saya mengatakan menjual gelar, karena yang ditawarkan adalah sebuah gelar dengan nilai uang tertentu. Seseorang bisa mendapatkan gelar tanpa melalui suatu perjuangan akademis. Tanpa disadari, gelar itu tidak pernah membuat dia menjadi pintar. Bahkan gelar Master dan Doktor juga ada yang diperjual belikan, tanpa melalui perjuangan akademis.
Jika Anda pernah melakukan hal yang sama, saya menganjurkan supaya Anda menyimpan gelar Anda itu ditempat yang paling dalam, sehingga tidak akan pernah muncul. Membeli gelar Master atau Doktor tidak akan pernah membuat Anda memiliki kualitas Master atau Doktor. Gelar itu bukan suatu pajangan, tetapi suatu kehormatan akademis atas perjuangan yang telah Anda lakukan.
Tindakan untuk menipu diri sendiri sudah terjadi sejak dahulu kala, dan itulah sebabnya Paulus mengingatkan umat percaya supaya tidak menipu diri sendiri. Mari kita perhatikan 1 Kor 3: 18-23 yang berkata, “Janganlah ada orang yang menipu dirinya sendiri. Jika ada di antara kamu yang menyangka dirinya berhikmat menurut dunia ini, biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat. Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Sebab ada tertulis: “Ia yangmenangkap orang berhikmat dalam kecerdikannya.” Dan di tempat lain: “Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka.” Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia, sebab segala sesuatu adalah milikmu: baik Paulus, Apolos, maupun Kefas, baik dunia, hidup, maupun mati, baik waktu sekarang, maupun waktu yang akan datang. Semuanya kamu punya. Tetapi kamu adalah milik Kristus dan Kristus adalah milik Allah.”
Dalam ayat 18 Paulus melarang orang untuk menipu diri sendiri. Kata menipu dalam bahasa Yunani digunakan kata exapatao yang berarti berbuat curang atau membohongi. Apa yang Paulus maksudkan dengan menipu diri sendiri? Jika ada orang yang menganggap dirinya berhikmat atau memiliki hikmat, dan percaya melalui hikmat yang dimiliki, dia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, dia mampu menjawab segala pertanyaan, merasa mampu untuk menyelamatkan diri sendiri bahkan merasa tidak membutuhkan pertolongan Tuhan, maka orang seperti inimerupakan orang-orang yang menipu diri sendiri.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan Tuhan, dia sudah menipu diri sendiri, karena tidak ada seorangpun yang mampu mengatasi masalah di dunia ini tanpa pertolongan Tuhan. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup di dunia ini tanpa Tuhan. Jika ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan Tuhan, dia sudah membohongi diri sendiri. Dalam hatinya yang paling dalam, dia membutuhkan orang lain dan membutuhkan Tuhan.
Masih dalam ayat 18 Paulus mengatakan bahwa jika ada orang yang menganggap dirinya berhikmat, biarlah ia menjadi bodoh, supaya dia berhikmat. Apa maksud pernyataan Paulus ini? Paulus hendak mengatakan bahwa jika ada orang yang dianggap berhikmat atau ada orang yang menganggap dirinya sendiri berhikmat, dia harus meletakkan hikmatnya itu dan menyadari bahwa dia tidak ada apa-apanya dan membutuhkan hikmat Tuhan, yang melebihi hikmat dari segala yang ada. Dengan penundukan diri dan penyerahan diri ini, maka dia akan memperoleh hikmat. Paulus mendorong setiap orang untuk merendahkan diri dan menganggap bahwa dia tidak memiliki kelebihan apa-apa dibandingkan dengan Allah pencipta.
Lebih lanjut ayat 19-20 Paulus menjelaskan bahwa hikmat dunia merupakan kebodohan bagi Allah dan Allah telah menangkap orang berhikmat. Kata menangkap berarti mengurung. Jika dibandingkan dengan hikmatnya Allah, maka hikmat manusia dan hikmat yang dari dunia ini tidak ada apa-apanya. Bahkan dalam ayat 20 dikatakan bahwa rancangan orang berhikmat adalah sia-sia. Ini berkaitan dengan konteks keselamatan. Dalam konteks keselamatan, hikmat manusia itu tidak berguna, karena hikmat manusia itu tidak dapat menyelamatkan.
Itulah sebabnya dalam ayat 21 Paulus berkata, “Karena itu janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia…” Dalam terjemahan NRSV dikatakan, “So let no one boast about human leaders.” Kita tidak perlu mengandalkan manusia dihadapan Allah. Kita tidak perlu mengandalkan para pemimpin kita di hadapan Allah.
Dalam ayat 22 Paulus mengatakan kepada jemaat di Korintus bahwa baik Paulus, Apolos, Kefas dan yang lainnya merupakan milik mereka. Namun kita harus ingat bahwa kita adalah milik Kristus. Jika segala sesuatu kita miliki, dan kita yang memiliki segala sesuatu itu merupakan milik Kristus, maka sebenarnya Kristus memiliki segalanya, termasuk diri kita. Sekalipun kita memiliki segala sesuatu, kita harus menundukkan diri dihadapan Kristus, karena kita adalah miliknya.

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.