Close

Not a member yet? Register now and get started.

lock and key

Sign in to your account.

Account Login

Forgot your password?

JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN 1 Kor 8: 1-13

28 Apr Posted by in Uncategorized | Comments

Apakah Anda pernah berpikir bahwa setiap tingkah laku Anda memberikan pengaruh kepada orang lain? Sebagai seorang Kristen, kita perlu menyadari bahwa setiap tingkah laku kita akan memberikan dampak yang positif ataupun dampak yang negatif terhadap orang lain. Setiap tindakan kita akan membawa orang lain semakin dekat atau semakin jauh dari Kristus. Jika kita hidup dengan penuh tanggungjawab, maka tindakan kita bisa membawa seseorang semakin dekat dengan Kristus. Sebaliknya, jika hidup kita tidak bijaksana, hal itu bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Itulah inti pengajaran Paulus dalam 1 Kor 8:1-13, sekalipun dia membahasnya dalam konteks makanan. Mari kita perhatikan 1 Kor 8:1-13 yang berkata, “Tentang daging persembahan berhala kita tahu: “kita semua mempunyai pengetahuan.” Pengetahuan yang demikian membuat orang menjadi sombong, tetapi kasih membangun. Jika ada seorang menyangka, bahwa ia mempunyai sesuatu “pengetahuan”, maka ia belum juga mencapai pengetahuan, sebagaimana yang harus dicapainya. Tetapi orang yang mengasihi Allah, ia dikenal oleh Allah. Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.” Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga, maupun di bumi–dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian– namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup. Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka itu dinodai olehnya. “Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan.” Tetapi jagalah, supaya kebebasanmu ini jangan menjadi batu sandungan bagi mereka yang lemah. Karena apabila orang melihat engkau yang mempunyai “pengetahuan”, sedang duduk makan di dalam kuil berhala, bukankah orang yang lemah hati nuraninya itu dikuatkan untuk makan daging persembahan berhala? Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan” mu. Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau pada hakekatnya berdosa terhadap Kristus. Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.” Dalam ayat 1 Paulus mengatakan bahwa mengenai daging persembahan berhala, kita semua memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud oleh Paulus adalah bahwa jemaat yang di Korintus memahami bahwa tidak ada sesuatu apapun yang haram. Namun Paulus mengingatkan bahwa jika kita memiliki pengetahuan itu, kita harus berhati-hati, karena hal itu bisa membawa kita kepada kesombongan. Kesombongan dalam konteks ini ditunjukkan ketika kita mendorong atau mungkin memaksa orang lain memakan segala sesuatu, karena tidak ada yang haram, sementara orang lain menganggap bahwa masih ada beberapa jenis makanan yang haram. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa pengetahuan yang demikian membawa pada kesombongan, namun kasih senantiasa membangun. Paulus sedang membandingkan antara pengetahuan dan kasih. Jika kita memiliki kasih, sekalipun kita mengetahui bahwa semua makanan halal, namun kita tidak akan memaksakan pandangan tersebut serta mendorong orang lain untuk memakan makanan yang kita makan. Bahkan ayat dua Paulus menegaskan hal tersebut dengan menjelaskan bahwa jika ada orang yang mengklaim bahwa dia memiliki pengetahuan itu, hal tersebut sebenarnya membuktikan bahwa dia belum memiliki pengetahuan yang lebih baik. Dalam terjemahan NRSV dikatakan, “Anyone who claims to know something does not yet have the necessary knowledge.”(ayat 2). Jika ada orang yang menganggap bahwa dia mengetahui bahwa semua makanan halal sehingga dia mendorong orang lain untuk memakan segala sesuatu, hal itu menunjukkan bahwa dia belum memiliki pengetahuan yang lebih penting, yaitu kasih yang membangun. Dari ayat 4-7 Paulus menjelaskan bahwa memang tidak ada makanan yang haram. Semuanya boleh dimakan, namun belum semua orang memahami hal ini. Karena itu kita tidak perlu memaksakan pandangan ini, apalagi memperdebatkannya. Namun kita perlu memahami bahwa makanan tidak akan membawa kita semakin dekat ataupun semakin jauh dari Allah. Itulah yang ditekankan oleh Paulus dalam ayat 8. Paulus mengatakan bahwa kita tidak akan rugi apa-apa jika kita tidak makan, dan sebaliknya, kitapun tidak akan untung apa-apa jika kita memakannya. Jadi yang tidak makan tidak akan merasa rugi, dan yang makanpun tidak akan merasa untung. Setelah Paulusmenjelaskan bahwa makanan tidak akan membawa kita semakin dekat atau semakin jauh dari Allah, dia memberikan satu pengajaran yang sangat mendasar yaitu supaya kebebasan yang kita miliki sebagai seorang Kristen, tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Jika kebebasan kita menjadi batu sandungan bagi orang lain, maka pada hakekatnya, kita berdosa terhadap Kristus. Apa yang diajarkan oleh Paulus dalam nats ini adalah, sekalipun tidak ada makanan yang haram; sekalipun kita memiliki kebebasan memakan segala jenis makanan, namun jika hal itu menjadi batu sandungan bagi saudara kita seiman, maka kita telah berbuat dosa dan berdosa terhadap Kristus. Mengapa? Karena kebebasan kita itu telah kita pergunakan untuk menjadi batu sandungan bagi saudara seiman. Itulah sebabnya dalam ayat 13 Paulus mengatakan bahwa dia tidak akan makan daging, jika hal itu menjadi batu sandungan bagi orang Kristen lainnya. Inilah komitmen yang diambil Paulus. Hal ini dia lakukan bagi kepentingan umat Kristen lainnya. Paulus mengambil komitmen ini, karena dia mengasihi umat Kristen lainnya, dan dia tidak mau menjadi batu sandungan. Sekalipun dia mengetahui bahwa semua makanan halal, namun dia rela menahan diri untuk tidak memakan sesuatu yang bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Saya percaya bahwa inti dari pengajaran ini bukanlah soal makanan, tetapi soal kasih yang membangun, soal kebebasan yang kita miliki supaya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Kalaupun Paulus membahas mengenai makanan dalam konteks ini, hal itu dikarenakan adanya pertanyaan yang muncul dari jemaat di Korintus. Namun Paulus tidak berfokus pada makanan tersebut, tetapi berfokus pada hakekat kebebasan, hakekat kasih dan sikap hidup umat Kristiani. Kita semua yang telah dibebaskan oleh darah Kristus merupakan orang-orang bebas. Kita adalah orang yang dimerdekakan. Kita bebas melakukan segala sesuatu kecuali dosa. Namun kitapun perlu menahan diri untuk tidak melakukan segala sesuatu, sekalipun itu bukan dosa, jika hal tersebut bisa menjadi batu sandunganbagi orang Kristen lainnya. Banyak orang Kristen lainnya yang minum minuman beralkohol dengan mengatakan bahwa itu bukan dosa, selama kita meminumnya dengan porsi yang tepat atau tidak memabukkan. Jika Anda menganggap hal itu bukan dosa, karena Anda bisa menahan diri, apalagi meminum minuman tersebut untuk alasan kesehatan, namun jika hal itu menjadi batu sandungan bagi saudaramu, lebih baik Anda tidak meminumnya. Sebagai contoh, saya sering melihat orang minum bir dalam acara pesta ataupun di hotel dan restoran. Bagi saya, itu berupakan hal yang wajar, sekalipun saya tidak minum. Namun saya sangat kaget, ketika melihat beberapa hamba Tuhan yang minum bir di gereja. Mungkin mereka mengatakan bahwa itu bukan dosa, namun hal itu telah menjadi batu sandungan bagi orang lain. Dalam hal inilah kita perlu waspada. Contoh lain misalnya, saya percaya bahwa bukanlah dosa jika kita menonton film di bioskop atau layar lebar. Tetapi saya sadar bahwa hal itu bisa menjadi batu sandungan jika hamba Tuhan atau pendeta menonton film di bioskop. Jika hal itu menjadi batu sandungan bagi orang lain, sebaiknya Anda menahan diri. Itulah yang diajarkan oleh Paulus bagi kita saat ini. Kita orang merdeka, karena Kristus telah memerdekakan kita. Kita orang bebas, namun kita perlu menahan diri, supaya jangan sampai kebebasan yang kita miliki menjadi batu sandungan bagi orang lain. By : ” Buku Kehidupan Kristiani dalam Dunia yang Rusak (Christianity in Corrupt World)” Back to the Bible Indonesia

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.