Close

Not a member yet? Register now and get started.

lock and key

Sign in to your account.

Account Login

Forgot your password?

BAHASA ROH DAN NUBUAT (1 Kor 14:1-9)

07 Aug Posted by in Uncategorized | Comments

BAHASA ROH DAN NUBUAT
(1 Kor 14:1-9)

I Korintus pasal 14 merupakan lanjutan dari pasal 12 dan pasal 13. Dalam pasal 12 dijelaskan mengenai karunia rohani yang diikuti dengan pengajaran akankesatuan tubuh, supaya karunia rohani yang dimiliki tidak menyebabkan perpecahan tubuh Kristus, dan pasal 13 berbicara secara khusus mengenai kasih yang merupakan landasan dari setiap kehidupan, tindakan, perkataan dan pelayanan orang Kristen. Setelah Paulus kembali menekankan dasar kehidupan Kristen, yaitu kasih, dia kembali membahas lebih rinci mengenai karunia rohani dalam pasal 14. Dan pada ayat 1-9, kita akan secara khusus berbicara mengenai bahasa roh dan nubuat.
Mari kita perhatikan 1 Korintus 14:1-9 yang berkata, “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi–bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yangkamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!”
Dalam ayat 1 dikatakan, “Kejarlah kasih itu…” Kata kejar dalam bahasa Yunani digunakan kata dioko yang berarti mengikuti dari belakang dengan sungguh-sungguh. Sementara dalam terjemahan NIV dikatakan, “Follow the way of love” yang berarti ikutilah jalan kasih. Karena mengikuti jalan kasih dilakukan dengan sungguh-sungguh dan sekuat tenaga, itulah sebabnya dalam bahasa Indonesia diterjemahkan, “Kejarlah kasih itu.”
Sebelum Paulus kembali membahas mengenai karunia rohani kepada jemaat di Korintus, terlebih dahulu Paulus menekankan kembali pentingnya kasih. Paulus meminta jemaat di Korintus supaya mengejar kasih. Mengejar kasih artinya mengikuti jalan kasih dengan sungguh-sungguh. Mengejar kasih artinya mengikuti ajaran dan perintah kasih dengan sungguh-sungguh. Sebelum jemaat berusaha untuk mendapatkan karunia rohani, Paulus meminta jemaat supaya terus merindukan, mengharapkan, mengejar dan memiliki kasih, yang merupakan landasan pelayanan, karena tanpa kasih pelayanan bisa menjadi bumerang yang menghancurkan persekutuan dan pelayanan kita. Karena itu, mari kita terus mengikuti jalan kasih itu dengan sungguh-sungguh.
Setelah Paulus mengatakan, “Kejarlah kasih itu…”, masih dalam ayat yang sama Paulus berkata, “… usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh.” Kata usahakan dalam konteks ini digunakan kata zeloo yang berarti hasrat atau keinginan. Dalam terjemahan NIV dikatakan, “eagerly desire spiritual gifts”, yang berarti memiliki hasrat yang besar akan karunia rohani. Jadi kata usahakan bukanlah berarti tindakan atau kemampuan atau pekerjaan untuk mendapatkan karunia roh, karena jika itu hasil usaha kita, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai karunia. “Karunia” berarti sesuatu yang kita dapatkan yang bukan merupakan hasil pekerjaan atau usaha kita. Jika Paulus mengatakan usahakanlah dirimu, itu artinya milikilah hasrat yang kuat untuk menerima karunia Roh.
Ayat satu ini mengajarkan dan mendorong kita supaya memiliki hasrat atau keinginan yang kuat untuk mendapatkan karunia rohani. Hasrat atau keinginan yang kuat ini tidak berbicara tentang keinginan daging tetapi hasrat yang positif. Kita harus memiliki hasrat atau keinginan untuk mendapatkan hal-hal yang positif, hal-hal yang baik dan hal-hal yang berguna. Hasrat untuk memiliki karunia rohani merupakan hasrat yang baik, karena hal itu sangat berguna dalam pelayanan kita. Karena itu, kita jangan memandang negatif pada saat kita berbicara tentang hasrat atau keinginan. Menginginkan hal-hal yang baik merupakan perbuatan baik. Salah satu contoh adalah hasrat untuk memberitakan Injil. Ini merupakan hal yang baik. Kita harus memiliki hasrat atau keinginan yang kuat untuk memberitakan Injil. Justru kalau kita tidak memiliki hasrat, keinginan atau gairah untuk memberitakan Injil kita sedang berada dalam masalah. Karena itu, saya mengajak Anda untuk memandang positif pada saat Paulus berbicara tentang hasrat atau gairah atau keinginan.
Setelah Paulus mendorong kita supaya hidup dengan sungguh-sungguh di jalan kasih dan memiliki gairah atau hasrat untuk menerima karunia Roh, masih dalam ayat satu dia menekankan supaya kita memiliki gairah atau hasrat untuk mendapatkan karunia untuk bernubuat. Mengapa? Dalam ayat 3-6 Paulus menjelaskan alasannya. Dalam ayat 5 Paulus mengatakan bahwa orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. Mengapa? Karena orang yang berbahasa roh membangun dirinya sendiri, sementara yang bernubuat membangun Jemaat (ayat 4). Kata lebih berharga dalam nats ini harus diartikan sebagai lebih bermanfaat atau lebih penting atau memiliki dampak yang lebih besar. Orang yang berbahasa roh hanya membangun dirinya sendiri, artinya hanya untuk diri sendiri, sementara orang yang bernubuat, bukan hanya dirinya yang dibangun atau diberkati, tetapi juga anggota jemaat yang lain. Orang yang berbahasa roh hanya membangun diri sendiri, tetapi orang yang bernubuat membangun, menasihati dan menghibur, baik diri sendiri maupun anggota jemaat.
Orang yang bernubuat memberikan penghiburan bagi jemaat yang berada dalam duka dan kesedihan. Orang yang bernubuat memberikan semangat dan kekuatan pada masa kesusahan. Orang yang bernubuat menasihati, memimpin, membimbing orang dijalan yang Allah kehendaki. Orang yang bernubuat membangun, memberdayakan dan memampukan jemaat untuk hidup dan bertumbuh di dalam Tuhan. Jika kita mengerti hal ini, maka kita dapat memahami mengapa Paulus mengatakan bahwa orang yang bernubuat lebih berharga dari orang yang berbahasa roh, kecuali ada orang yang dapat menafsirkannya, sehingga anggota jemaat yang lain juga dibangun.
Orang yang berbahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia tetapi kepada Allah. Bahasa roh yang ada dalam konteks ini tidak dapat dimengerti oleh manusia, kecuali ada yang memiliki karunia untuk menafsirkannya. Bahasa lidah yang Roh karuniakan dalam konteks ini, berbeda dengan bahasa roh yang terjadi pada masa pencurahan Roh Kudus. Bahasa lidah yang dikaruniakan pada masa Pentakosta adalahbahasa Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea, Kapodikia, Pontus, Asia, Firgia, Pamfilia, Mesir, Libia, Roma, Arab dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bahasa roh yang dikaruniakan Roh Kudus pada masa Pentakosta adalah bahasa manusia dari berbagai negara. Mengapa? Karena itulah yang Allah kehendaki saat itu, dan itulah yang dibutuhkan saat itu, supaya manusia di seluruh dunia tahu bahwa Yesus telah bangkit. Jadi ada tujuan yang spesifik pada waktu itu.
Dalam ayat 6 Paulus mengatakan bahwa tidak ada gunanya bagi jemaat kalau kita berbahasa roh, jika kita tidak menyampaikan penyataan, pengetahuan, nubuatan dan pengajaran. Bahkan dalam ayat 9 Paulus dengan tegas mengatakan, “Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara!”